Akhirnya saya meninggalkan Changi
Airport menuju Little India untuk check in hostel. Well sebenernya belum jam
check in, karena badan udah ga kuat bawa tas (padahal tas ransel biasa doang
hahaha). Waktu naik MRT untuk pertama kalinya, wow takjub banget dan berkhayal
semoga negara kita bisa segera memiliki transportasi publik yang aman dan
nyaman. Setelah keluar dari station, saya
berjalan sekitar 1 km. Jalanan sepi banget padahal udah jam 6 pagi.
Sempet ngeliat pemuda Singapore yang sepertinya habis pulang party nyerempet mendekat
sambil “sok” menyapa habis itu ga ada kendaraan lewat. Celingak celinguk tengok
kanan kiri tapi hostelnya masih belum keliatan juga. Akhirnya nyerah juga dan
tanya ke ibu-ibu yang mau buka toko tapi beliau tidak bisa berbahasa Inggris.
Ternyata ga semua warga Singapore fasih berbahasa Inggris to. Yasudah setelah
mengucapkan terima kasih, saya kembali wandering di sekitar Jalan Besar.
Sepertinya udah ga jauh lagi. Sekitar 20 menit berjalan, kami masih belum
menemukan hostel tersebut. Karena diantara 4 orang hanya saya yang peka sama arah
dan peta jadi saya yang paling depan dan berjalan paling jauh. Akhirnya ketemu
juga hostelnya, btw setelah tahun 2015 hostelnya berganti nama menjadi The
Trey. Dari foto yang ada di internet sih lebih bagus dan rapi. Ya iyalah masak
ga ada perubahan yang lebih baik - _-
Kebahagiaan itu lenyap ketika kita
tahu kalo hostelnya belum buka. Yasudah mending isi perut aja dulu. Kita
memutuskan untuk makan di warung India dan memesan nasi goreng. Nasi gorengnya
ternyata ga sesuai sama lidah dan mahal sekali. Kalo dirupiahkan sekitar IDR 54k
(tahun 2014). Habis makan kita muter-muter di area Little India untuk mencari
masjid. Eh malah nemu Mustafa Center, itu lo perbelanjaan yang populer di
kalangan wisatawan Indonesia sebagai pusat oleh-oleh. Harga grosir bok.
Akhirnya kita menemukan masjid dan
baru bisa menunaikan ibadah subuh jam segitu. Ampuni kami Ya Allah T T Kami
berpapasan dengan jamaah di masjid tersebut, kemudian beliau menegur pakaian
kami yang belum syar’i. Iya pak, terima kasih sudah diingatkan. Trus kami
langsung cuss meninggalkan masjid hehehe. Akhirnya balik ke hostel dan yeay
sudah buka. Kami akhirnya check in dan menitipkan tas dulu. Kemudian setelah
diskusi menentukan destinasi pertama, akhirnya jatuh pada Mac Richie. Kami
kesana menggunakan bus, waktu naik kita langsung bayar di kotak yang ada di sebelah
supir. Ternyata ga bisa kasih kembalian dan uang SGD kita masih “besar-besar”
alias ga punya receh. Kita akhirnya minta duduk dulu sambil nyiapin duit.
Ibu-ibu yang duduk disebelah bahkan memberi kami uang untuk membayar bus. Kita
mau balikin duitnya tapi beliau tidak bersedia. Kami akhirnya menerima uang
tersebut dan berterimakasih. Kami agak ga enak soalnya raut muka ibunya ga
ramah. Mayoritas penduduk Singapura memang beraut muka dingin dan tanpa
ekspresi bersahabat.
Mac Richie ini merupakan reservoir
park di Singapore. Ada sebuah waduk yang digunakan warga Singapura untuk
berolahraga air. Tujuan kami kesini bukan untuk melihat waduknya, tapi ingin
melewati jembatan gantung yang dari hasil googling sewaktu menyiapkan itinerary
sih terlihat oke dan alami sekali. Ternyata kami baru sadar kalau untuk sampai
ke jembatan gantung harus trekking dulu. Ga tanggung-tanggung, 10 kilometer bok
! Wah kami yang ga melakukan pemanasan dan jarang olahraga ini terengah-engah
menelusuri jalur trekkingnya, padahal kami ini jalan kaki sementara yang lain
pada jogging. Yang lebih memalukan, kami saltum alias salah kostum karena orang-orang
yang melintas berbaju olahraga yang terbuka sekali. Beberapa eh kalau ga satu
ya dua bule tersenyum ramah dan menyemangati. Kami cuma bisa meringis aja
apalagi setelah menyadari pakaianku waktu itu adalah sweater.
Baru setengah jalan, eh hujan mengguyur “mini jungle” ini. Kami sempat berdiskusi dan akhirnya 2 dari kami memilih lanjut. Dua lainnya take a break dan kami mempersilahkan kalau mau balik daripada ntar kenapa-kenapa. Saya termasuk yang memilih lanjut karena termakan rayuan teman saya yang bilang kalau “Udah nyampe sini, tanggung. Kita ga tau kapan lagi mau kesini” Bismillah saya lanjut jalan sambil ujan-ujanan. Btw ujannya ini deres pake banget. Pakaian tambah berat rasanya, yaiyalah sweater kena air gimana ga tambah berat huhuhuhu. Ternyata 2 teman saya yang mau nyerah itu SMS saya yang isinya tetep melanjutkan perjalanan gatau sampe jam berapa dan nanti ketemunya di awal jalur trekking.
Setelah perjalanan yang melelahkan sampe baju yang tadinya basah jadi kering lagi, akhirnya sampailah di jembatang gantung. Alih-alih kagum dan terkesan, saya lebih merasa kecewa karena jembatan gantungnya tidak terlalu tinggi dari daratan di bawahnya. Tapi mau gimana lagi nasi udah menjadi bubur, toh it’s not always about the destination but the journey. Pengalaman trekking tanpa persiapan ini cukup menjadi pembelajaran untuk lebih cermat dalam mencari informasi mengenai tempat wisata yang akan dituju. Lebih sedihnya lagi, waktu pulang kehujanan lagi. Sama-sama deres pula. Di perjalanan pulang, saya berpapasan dengan seorang nenek bule yang menyapa. Saya hanya dapat membalasnya dengan Hi yang sangat tidak bersemangat, karena kaki rasanya perih banget. Later I found, kakiku kapalan hahaha.
Saya sempat tersesat dan tidak menggunakan rute yang sama ketika berangkat. Karena keluar di exit yang berbeda, meeting point pun berubah menjadi hostel tempat kami menginap haha. Waktu naik bus menuju hostel, saya dan teman saya seperti dari dunia yang berbeda karena kami sangat kebasahan dan jalanan di luar Mac Richie sangat kering tidak ada bekas hujan sama sekali. Wah jangan-jangan yang tadi itu hujan buatan ya ? Sesampainya di hostel, saya buru-buru mandi dan tidur karena kaki udah ga kuat lagi jalan. Rencana ke Chinatown pada malam hari pun gugur karena kaki sudah tak kuasa untuk berjalan. Baru kali ini saya merasa pegal luar biasa. Petugas hostel pun menanyai kami kemana seharian kami pergi, setelah mendengar jawabannya dia hanya menggeleng-gelengkan kepala dan wonder why go there kayak tidak ada tujuan lain. Hiks.
Sekian backpacker ke Singapore hari pertamanya. Tetap ikuti perjalananku di Singapore ini ya, masih ada 2 hari lagi. Terima kasih kepada para pembaca, semoga bermanfaat dan menghibur hehe :p
Baru setengah jalan, eh hujan mengguyur “mini jungle” ini. Kami sempat berdiskusi dan akhirnya 2 dari kami memilih lanjut. Dua lainnya take a break dan kami mempersilahkan kalau mau balik daripada ntar kenapa-kenapa. Saya termasuk yang memilih lanjut karena termakan rayuan teman saya yang bilang kalau “Udah nyampe sini, tanggung. Kita ga tau kapan lagi mau kesini” Bismillah saya lanjut jalan sambil ujan-ujanan. Btw ujannya ini deres pake banget. Pakaian tambah berat rasanya, yaiyalah sweater kena air gimana ga tambah berat huhuhuhu. Ternyata 2 teman saya yang mau nyerah itu SMS saya yang isinya tetep melanjutkan perjalanan gatau sampe jam berapa dan nanti ketemunya di awal jalur trekking.
Setelah perjalanan yang melelahkan sampe baju yang tadinya basah jadi kering lagi, akhirnya sampailah di jembatang gantung. Alih-alih kagum dan terkesan, saya lebih merasa kecewa karena jembatan gantungnya tidak terlalu tinggi dari daratan di bawahnya. Tapi mau gimana lagi nasi udah menjadi bubur, toh it’s not always about the destination but the journey. Pengalaman trekking tanpa persiapan ini cukup menjadi pembelajaran untuk lebih cermat dalam mencari informasi mengenai tempat wisata yang akan dituju. Lebih sedihnya lagi, waktu pulang kehujanan lagi. Sama-sama deres pula. Di perjalanan pulang, saya berpapasan dengan seorang nenek bule yang menyapa. Saya hanya dapat membalasnya dengan Hi yang sangat tidak bersemangat, karena kaki rasanya perih banget. Later I found, kakiku kapalan hahaha.
Saya sempat tersesat dan tidak menggunakan rute yang sama ketika berangkat. Karena keluar di exit yang berbeda, meeting point pun berubah menjadi hostel tempat kami menginap haha. Waktu naik bus menuju hostel, saya dan teman saya seperti dari dunia yang berbeda karena kami sangat kebasahan dan jalanan di luar Mac Richie sangat kering tidak ada bekas hujan sama sekali. Wah jangan-jangan yang tadi itu hujan buatan ya ? Sesampainya di hostel, saya buru-buru mandi dan tidur karena kaki udah ga kuat lagi jalan. Rencana ke Chinatown pada malam hari pun gugur karena kaki sudah tak kuasa untuk berjalan. Baru kali ini saya merasa pegal luar biasa. Petugas hostel pun menanyai kami kemana seharian kami pergi, setelah mendengar jawabannya dia hanya menggeleng-gelengkan kepala dan wonder why go there kayak tidak ada tujuan lain. Hiks.
Sekian backpacker ke Singapore hari pertamanya. Tetap ikuti perjalananku di Singapore ini ya, masih ada 2 hari lagi. Terima kasih kepada para pembaca, semoga bermanfaat dan menghibur hehe :p
0 comments